citizen reporter
Tati H Anggo dari Sydney
Mungkin pepatah "hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga di negeri sendiri" itu ada benarnya juga.
Kalau ada satu hal yang membuat kita harus bersyukur tinggal di Dena maka itu adalah karena kita bisa makan sayur asam okra (bahasa Bima: Bamea) sebanyak yang kita inginkan.
Bayangkan, Bamea di Sydney, Australia cuma ada di toko sayur Asia dengan harga selangit, yaitu sekitar $10.95 ato Rp 95.000. Berapa karung Bamea yang bisa kita beli di Bima dengan uang sebanyak itu??
Maka beruntunglah orang orang yang tinggal di Dena. Sementara orang orang yang mencari peruntungan di negeri yang jauh harus mengelus dada ketika rindu makanan kampung halaman. Bukan saja karena harga yang mahal, tapi juga karena langkanya makanan tersebut.
Jambu klutuk yang waktu kecil bisa penulis dapatkan secara gratis di kebun Abu Maria dekat Tolo Bou, di Sydney harus dibeli dengan harga sekitar Rp 50.000 rupiah.
Sementara ubi jalar, yang waktu di Dena sering diberi oleh tetangga ketika musim ubi tiba, disini harus dibeli dengan harga sekitar Rp 16.000/biji.
Betapa adilnya hidup ini_.. kita semua diberikan kenikmatan yang berbeda-beda
Dan manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Yang bermukim di luar negeri malah ingin makan sayur Bamea, sementara yang tinggal di kampung ingin makan KFC atau McDonald seperti yang sering diiklankan di TV.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak engkau dustakan???
Sabtu, 21 Juni 2008
Senin, 16 Juni 2008
Ups..Cucu H Anggo Bukan Wahda Tapi Nada
Haba Dena - Menyusul dirilisnya foto berita yang berjudul Generasi Dena di Makassar, terjadi kesalahan pada keterangan foto.
Kesalahan itu membuat keluarga besar H Anggo melancarkan protes yang sengit terhadap redaksi Haba Dena karena adanya kesalahan penulisan nama Wahda. Wahda adalah anak kedua dari Intan.
Yang benar adalah "laina la Wahda ngara wa'i haji Anggo, la Nada Al-Jannah alias sena saroga," kata bibinya Nada, Tati di Sydney, Australia.
Tati juga memprotes statmen dari Haba Dena yang menuding Imam ma benggke. "La Imam wati bengke na...pala "berpotensi dan kreatif"," katanya lagi.
Dengan diturunkannya berita ini maka redaksi Haba Dena menyatakan berita sebelumnya telah diperbaiki...(*)
Jumat, 13 Juni 2008
Generasi Dena di Makassar
Kamis, 12 Juni 2008
La Ridiwa Buka Restoran Mbojo di Puncak Bogor
Haba Dena - Ridwan Manantik, putera asli Dena, Sila, membuka restoran denga menu khas kuliner Bima di kawasan Puncak, Bogor, Jawa barat.
Sejumlah menu yang akrab dengan lidah ndai mbojo dapat dinikmati di rumah makan ini. Menu khasnya dan yang paling bergengsi adalah Sate Kuda.
Daging Kuda didatangkan langsung dari Bima. Rasanya hm.....ma'nyussss...empuk banget. Sate Kuda Bima menyeruak diantara
dominasi sate kambing dan sate kelinci di daerah Puncak.
Selain menjual makanan di situ dijadikan tempat pameran atau
karya-karya lukisan bung Ridwan. Ridwan juga punya usaha sampingan juga yaitu Digital Printing.(lafiri)
Sejumlah menu yang akrab dengan lidah ndai mbojo dapat dinikmati di rumah makan ini. Menu khasnya dan yang paling bergengsi adalah Sate Kuda.
Daging Kuda didatangkan langsung dari Bima. Rasanya hm.....ma'nyussss...empuk banget. Sate Kuda Bima menyeruak diantara
dominasi sate kambing dan sate kelinci di daerah Puncak.
Selain menjual makanan di situ dijadikan tempat pameran atau
karya-karya lukisan bung Ridwan. Ridwan juga punya usaha sampingan juga yaitu Digital Printing.(lafiri)
Perang Dena 1907 Tercatat di Arsip Nasional
Haba Dena - Perang Dena pada tahun 1907 di catat oleh Arsip Nasional Indonesia sebagai sejarah nasional yang sejajar dengan sejarah besar perjuangan lainnya di Indonesia.
Badan Arsip Nasional mendeskripsikan, Perang Dena 1907 adalah bagian dari perjalanan sejarah NTB yang dibentuk dalam tradisi dan suasana kebatinan Indonesia sebagai bangsa pejuang.
"Perang Undru di Taliwang Sumbawa tahun 1906, Perang Baham di Lunyuk Sumbawa tahun 1907, Perang Dena Bima tahun 1907, Perang Donggo Bima tahun 1907-1909, dan Perang Ngali Bima tahun 1908 adalah bukti bahwa masyarakat NTB adalah bangsa pejuang dalam mempertahankan kedaulatan," tulis sebuah dokumen di Badan Arsip.(lafiri)
Badan Arsip Nasional mendeskripsikan, Perang Dena 1907 adalah bagian dari perjalanan sejarah NTB yang dibentuk dalam tradisi dan suasana kebatinan Indonesia sebagai bangsa pejuang.
"Perang Undru di Taliwang Sumbawa tahun 1906, Perang Baham di Lunyuk Sumbawa tahun 1907, Perang Dena Bima tahun 1907, Perang Donggo Bima tahun 1907-1909, dan Perang Ngali Bima tahun 1908 adalah bukti bahwa masyarakat NTB adalah bangsa pejuang dalam mempertahankan kedaulatan," tulis sebuah dokumen di Badan Arsip.(lafiri)
Bolo dan Madapangga Diterjang Banjir
Sabtu, 05 April 08
Haba Dena - Hujan yang mengguyur Bima Kamis (3/4) menyebabkan banjir di sebagian wilayah Kecamatan Bolo dan Madapangga. Banjir kali ini dinilai paling besar dalam sejarah wilayah itu.
Ratusan rumah di dua kecamatan itu terendam, demikian juga dengan areal pertanian padi. Air mulai meluap sekitar pukul 15.30 Wita hingga sekitar pukul 23.00 Wita.
Di Kecamatan Bolo, desa terparah yang terendam banjir yakni Desa Leu, Rato, Timu, dan Sondosia. Di Madapangga, yakni Desa Monggo, Dena, dan Tonda. Pemerintah dua kecamatan itu hingga kemarin belum bisa memperkirakan berapa jumlah kerusakan.
Saat ini, aparat desa di dua kecamatan itu sedang mendata jumlah kerusakan. Warga yang rumahnya terendam terlihat mengungsi ke masjid-masjid dan gedung sekolah.
Hingga Jumat sore kemarin, sebagian warga masih bertahan di tempat pengunsian bersama perabot rumah tangga. Selain itu, banjir juga merusak beberapa unit jembatan jalan ekonomi desa dan menyebabkan arus lalulintas terputus.
Di Sondosia Kecamatan Bolo, tebing sungai di sekitar jembatan desa itu ambruk, rumah milik Muhtar RT 02 nyaris longsor akibat derasnya arus air. “Demikian juga dengan rumah kayu milik, Bambang warga RT 07 nyaris terseret banjir,” kata Guntur, warga setempat.
Di dusun Ncandi Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, banjir merendam puluhan rumah warga. Dua rumah milik, Syamsudin dan H Abdullah Yusuf warga RT 01 rusak tertimpa arus banjir, satu unit bangunan penggilingan padi ambruk. Selain itu, banjir juga nyaris memutuskan jalur desa itu.
Derasnya arus banjir juga menyebabkan lempengan aspal hotmix di jalur desa itu bergeser hingga beberapa meter. Bahkan, sebagian terbawa arus banjir. Padahal, perbaikan jalan baru sekitar sebulan lalu.
Kepala Desa (Kades) Monggo, Azwan A Hamid, menjelaskan, selain merendam puluhan rumah warga, banjir juga merendam fasilitas pemerintah, seperti gedung MI dan SDN Monggo, SDN Inpres Ncandi dan TK Muda Bestari Ncandi, sebagian banyak buku dan alat bermain terendam.
“Ini merupakan banjir paling besar selama ini. Saya belum pernah melihat banjir sebesar ini,” katanya di Ncandi, Jumat (4/4).
Camat Madapangga, Burhanuddin, BA, belum bisa merinci berapa jumlah kerusakan. Saat ini aparat desa yang tertimpa banjir sudah diperintahkan untuk mendata jumlah kerusakan. Namun, yang jelas puluhan rumah terendam dan beberapa di antaranya rusak berat.
“Selain itu, banyak lahan pertanian padi yang terendam. Jumlah kerusakan seluruhnya belum bisa diperkirakan,” katanya di Madapangga, Jumat (4/4).
Camat Bolo, M Antonius, juga mengaku hal yang sama, belum bisa merinci berapa jumlah kerusakan. Namun, yang paling parah terendam banjir yakni Leu, Rato Timu, dan Sondosia. “Saya belum bisa menjelaskan berapa jumlah kerugian takutnya salah, nanti camat yang disalahkan,” katanya.
Bupati: Bantuan akan Disiapkan
Untuk melihat langsung dampak kerusakan akibat banjir, Kamis (3/4), Bupati Bima, Ferry Zulkarnain, ST, mengunjungi sejumlah desa di Kecamatan Madapangga. Ferry memilih mengendarai sepeda motor agar lebih mudah menjangkau lokasi yang diterjang banjir.
Ferry mengikuti shalat Jumat di masjid Baiturrahman dusun Ncandi Desa Monggo. Usai shalat, Ferry menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah yang terjadi dan berharap agar musibah cepat berlalu dan tidak terulang lagi. “Insya Allah pemerintah akan menyiapkan bantuan bagi korban,” katanya.
Untuk bantuan awal, kata Ferry, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima akan mengirim 2 ton beras dan mi instan. “Nantinya bantuan bisa diambil di kantor Camat Madapangga,” katanya.
Ferry berharap agar kerusakan yang dialami segera didata agar bisa diperkirakan berapa jumlah bantuan selanjutnya yang akan dikirim. Ferry juga sempat melihat jalur di dusun Ncandi yang nyaris putus akibat terjangan banjir dan sebagian rumah warga yang terendam.
Saat itu, Ferry juga melihat kondisi bangunan penggilingan padi yang ambruk tertimpa arus banjir. Usai shalat Jumat, Ferry melanjutkan perjalanan untuk melihat kondisi rumah warga di Desa Tonda.
Ikut bersama rombongan bupati, sejumlah kepala dinas dan Kabag di lingkup Pemkab Bima, juga ikut saat itu anggota DPRD Kabupaten Bima, H Supardi, SH.
Haba Dena - Hujan yang mengguyur Bima Kamis (3/4) menyebabkan banjir di sebagian wilayah Kecamatan Bolo dan Madapangga. Banjir kali ini dinilai paling besar dalam sejarah wilayah itu.
Ratusan rumah di dua kecamatan itu terendam, demikian juga dengan areal pertanian padi. Air mulai meluap sekitar pukul 15.30 Wita hingga sekitar pukul 23.00 Wita.
Di Kecamatan Bolo, desa terparah yang terendam banjir yakni Desa Leu, Rato, Timu, dan Sondosia. Di Madapangga, yakni Desa Monggo, Dena, dan Tonda. Pemerintah dua kecamatan itu hingga kemarin belum bisa memperkirakan berapa jumlah kerusakan.
Saat ini, aparat desa di dua kecamatan itu sedang mendata jumlah kerusakan. Warga yang rumahnya terendam terlihat mengungsi ke masjid-masjid dan gedung sekolah.
Hingga Jumat sore kemarin, sebagian warga masih bertahan di tempat pengunsian bersama perabot rumah tangga. Selain itu, banjir juga merusak beberapa unit jembatan jalan ekonomi desa dan menyebabkan arus lalulintas terputus.
Di Sondosia Kecamatan Bolo, tebing sungai di sekitar jembatan desa itu ambruk, rumah milik Muhtar RT 02 nyaris longsor akibat derasnya arus air. “Demikian juga dengan rumah kayu milik, Bambang warga RT 07 nyaris terseret banjir,” kata Guntur, warga setempat.
Di dusun Ncandi Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, banjir merendam puluhan rumah warga. Dua rumah milik, Syamsudin dan H Abdullah Yusuf warga RT 01 rusak tertimpa arus banjir, satu unit bangunan penggilingan padi ambruk. Selain itu, banjir juga nyaris memutuskan jalur desa itu.
Derasnya arus banjir juga menyebabkan lempengan aspal hotmix di jalur desa itu bergeser hingga beberapa meter. Bahkan, sebagian terbawa arus banjir. Padahal, perbaikan jalan baru sekitar sebulan lalu.
Kepala Desa (Kades) Monggo, Azwan A Hamid, menjelaskan, selain merendam puluhan rumah warga, banjir juga merendam fasilitas pemerintah, seperti gedung MI dan SDN Monggo, SDN Inpres Ncandi dan TK Muda Bestari Ncandi, sebagian banyak buku dan alat bermain terendam.
“Ini merupakan banjir paling besar selama ini. Saya belum pernah melihat banjir sebesar ini,” katanya di Ncandi, Jumat (4/4).
Camat Madapangga, Burhanuddin, BA, belum bisa merinci berapa jumlah kerusakan. Saat ini aparat desa yang tertimpa banjir sudah diperintahkan untuk mendata jumlah kerusakan. Namun, yang jelas puluhan rumah terendam dan beberapa di antaranya rusak berat.
“Selain itu, banyak lahan pertanian padi yang terendam. Jumlah kerusakan seluruhnya belum bisa diperkirakan,” katanya di Madapangga, Jumat (4/4).
Camat Bolo, M Antonius, juga mengaku hal yang sama, belum bisa merinci berapa jumlah kerusakan. Namun, yang paling parah terendam banjir yakni Leu, Rato Timu, dan Sondosia. “Saya belum bisa menjelaskan berapa jumlah kerugian takutnya salah, nanti camat yang disalahkan,” katanya.
Bupati: Bantuan akan Disiapkan
Untuk melihat langsung dampak kerusakan akibat banjir, Kamis (3/4), Bupati Bima, Ferry Zulkarnain, ST, mengunjungi sejumlah desa di Kecamatan Madapangga. Ferry memilih mengendarai sepeda motor agar lebih mudah menjangkau lokasi yang diterjang banjir.
Ferry mengikuti shalat Jumat di masjid Baiturrahman dusun Ncandi Desa Monggo. Usai shalat, Ferry menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah yang terjadi dan berharap agar musibah cepat berlalu dan tidak terulang lagi. “Insya Allah pemerintah akan menyiapkan bantuan bagi korban,” katanya.
Untuk bantuan awal, kata Ferry, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima akan mengirim 2 ton beras dan mi instan. “Nantinya bantuan bisa diambil di kantor Camat Madapangga,” katanya.
Ferry berharap agar kerusakan yang dialami segera didata agar bisa diperkirakan berapa jumlah bantuan selanjutnya yang akan dikirim. Ferry juga sempat melihat jalur di dusun Ncandi yang nyaris putus akibat terjangan banjir dan sebagian rumah warga yang terendam.
Saat itu, Ferry juga melihat kondisi bangunan penggilingan padi yang ambruk tertimpa arus banjir. Usai shalat Jumat, Ferry melanjutkan perjalanan untuk melihat kondisi rumah warga di Desa Tonda.
Ikut bersama rombongan bupati, sejumlah kepala dinas dan Kabag di lingkup Pemkab Bima, juga ikut saat itu anggota DPRD Kabupaten Bima, H Supardi, SH.
Rp 20 Juta dari Bupati untuk Sigi Dena
Haba Dena - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima terus memperhatikan pembangunan dan perbaikan sarana ibadah. Di Kecamatan Monta, (31/3), dana Rp 105 juta diberikan untuk tiga masjid. Hanya saja, Rp100 juta berasal dari Pemkab dna Rp5 juta bantuan pribadi Bupati Bima, H Ferry Zulkatnain, ST.
Masjid lainnya yang diberi bantuan oleh Pemkab Bima dalam minggu ini, masjid Nurul Hidayah di dusun Ni'u Desa Panda senilai Rp25 juta, masjid di Desa Dena Kecamatan Madapangga senilai Rp20 juta.
Bantuan itu diserahkan secara tiba-tiba oleh Bupati saat shalat Dzuhur di masjid Desa Dena khusus untuk pembangunan tempat wudhu.
"Kebetulan saat berkunjung Bupati melihat kondisi tempat mengambil wudhu tidak layak, sehingga diserahkan bantuan," kata Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Bima, Abdul Wahab.(Nusatenggaranews)
Masjid lainnya yang diberi bantuan oleh Pemkab Bima dalam minggu ini, masjid Nurul Hidayah di dusun Ni'u Desa Panda senilai Rp25 juta, masjid di Desa Dena Kecamatan Madapangga senilai Rp20 juta.
Bantuan itu diserahkan secara tiba-tiba oleh Bupati saat shalat Dzuhur di masjid Desa Dena khusus untuk pembangunan tempat wudhu.
"Kebetulan saat berkunjung Bupati melihat kondisi tempat mengambil wudhu tidak layak, sehingga diserahkan bantuan," kata Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Bima, Abdul Wahab.(Nusatenggaranews)
Langganan:
Postingan (Atom)